Film Ngurah Rai

MARKAS DAERAH PEMUDA PANCA MARGA PIMPINAN DAERAH BALI
  Jalan Cempaka 6 Denpasar (0361) 222465
  www.ppmbali.info

                   e-mail: ppmbali@yahoo.com

Siaran Pers
Pemutaran Film Dokudrama “Ngurah Rai”
Keyakinan, Perjuangan, Persahabatan dan Cinta...
Denpasar, tanggal 10 Juli 2013
--Sebuah karya generasi muda Bali bagi seluruh negeri--Akhirnya,  setelah  percobaan yang ketujuh kalinya, film mengenai I Gusti Ngurah Rai selesai dibuat.
Denpasar, Bali—Tanggal 10 Juli 2013  akan menjadi hari bersejarah bagi masyarakat Bali. Hari ini akan dilakukan  peluncuran film “Ngurah Rai“,  di Aula Udayana lantai 3, Kodam IX Udayana, Jl. Udayana. Sebuah karya generasi muda Bali bagi masyarakat Bali dan seluruh Indonesia, menguak sisi Sang Pahlawan Nasional
Pembuatan film I Gusti Ngurah Rai bukanlah baru sekali ini dilakukan. Total, sudah ada 6 kali  di produksi, namun semua selalu berakhir pada jalan buntu. Dana besar
yang digelontorkan pun menguap tak bertuan.  Percobaan pembuatan yang terakhir
kalinya adalah awal tahun 1990-an dan sudah memasuki tahap syuting dengan dana yang cukup besar untuk kurun waktu itu.
Tahun 2012  yaitu produksi yang ke tujuh kali, ide untuk membuat film mengenai
tokoh besar  asal  Bali ini kembali menggelayuti benak  AA. Nanik Suryani   atau biasa di kenal  Gung Nanik  ,  IGAA. Bintang Aryani  atau  Bintang  Aryani, dan  Cok Sawitri.
Dalam waktu cukup panjang dalam proses riset, Cok Sawitri  melakukannya hampir 9 bulan.  Perjalanan mencari sutradara pun berakhir dengan mendapuk Dodid Wijanarko, sutradara muda yang banyak bergelut di film dokumenter.
Proses syuting yang memakan waktu selama seminggu di  Hutan Wisata Sangeh, Puri
Carangsari, Puri Kesiman, Pantai Lembeng, Kantor Yayasan  Kebaktian  Proklamasi,
Pura  Dalam Basa, Sungai Ayung dan Taman  Pujaan  Bangsa Margarana  dan beberapa
tempat  lainnya di Bali,  menjadi pengalaman tersendiri bagi seluruh pemain maupun
kru yang sebagian besar adalah putra-putri Bali.  Hal ini pun menjadi kebanggaan
tersendiri dalam proses penggarapan film mengenai sosok pahlawan ini.  “Seluruh pemainnya adalah anak-anak muda Bali,  sekitar  80  persen kru-nya pun orang Bali,”
tukas Dodid. Hal ini sengaja dilakukannya untuk memperkenalkan film Indonesia
sekaligus regenerasi anak muda lokal  yang mencintai film Indonesia, agar tak melulu
terpusat di Jakarta atau Jawa.  Salah satu adegan yang menarik adalah adegan fighting
yang dilakukan tanpa peran penganti dan itu dilakukan oleh putra-putra Bali dari
PSPS Bakti Negara Ranting Lalang Bhuawana Bangli.
Film yang dibuat dengan konsep dokudrama ini  menggabungkan nilai sejarah dan budaya populer yang menggambarkan  perjalanan cinta dan perjalanan  perjuangan  I Gusti Ngurah Rai beserta segenap pasukannya  menghadapi Belanda pada tahun  1942 – 1947  selama berhari -hari melakukan  “long march”  atau perjalanan panjang
mengelilingi pulau Bali.  Sementara itu, penggunaan footage, baik berupa video
maupun foto semakin melengkapi penceritaan dokudrama.  Garapan efek visual juga
tak kalah  mendukung, berkat buah kreasi Tiga-D, rumah produksi yang bermarkas di Bangli  yang juga pembuat efek visual untuk film  “Lord of the Rings.”  Dan,  untuk
kebutuhan lighting di support oleh Studio Movie Bali.
Kisah perlawanan dan hari-hari terakhir I Gusti Ngurah Rai ini terasa kian hidup dengan ilustrasi musik yang digarap apik  oleh Ayu  Laksmi, dibantu oleh  Eko Wicaksono,  Ketut Rico Mantrawan,  Gede Yudhana, dan  seniman Bali lainnya.
Pembuatan film ini juga melibatkan Yoichi Ikeda, sound engineer asal Jepang, dan seorang pemain biola asal  Hungaria  bernama  Helga Seldi untuk mengisi ilustrasi
musiknya.
Film dokudrama I Gusti Ngurah Rai ini merupakan hasil kerja sama  Pemerintah
Provinsi Bali, Kodam IX Udayana  dan  Pemuda Panca Marga  Provinsi Bali.
Pembuatan film ini juga tentunya tidak akan berhasil tanpa bantuan dari banyak
pihak, di antaranya adalah,  Kodam  IX Udayana,  Danrem  163/  Wirasatya,  Rindam,
Bekangdam IX Udayana, Rider 741 dan Studio Movie Bali.

SINOPSIS FILM “NGURAH RAI”
Sutradara                         : Dodid Widjanarko
Producer Eksekutif            : AA. Nanik Suryani
Producer                          : IGAA. Bintang Aryani
Research/Skenario            : Cok Sawitri
Ilustrasi Musik                  : Ayu Laksmi
Pemeran Ngurah Rai         : Ida Made Adnyana Gentorang
Pemeran Istri Ngurah Rai   : Ni Made Dwi Adnyani
Pemeran Tentara               : Kodam IX Udayana
Danrem 163/Wirasatya
Bekangdam IX Udayana
Rider 741
PSPS Bakti Negara Ranting Lalang Bhuawana Bangli
Seluruh perjuangan didasari atas cinta. Seperti cinta salah seorang putra pertiwi
kepada tanah airnya. Dialah, Ngurah Rai, pemuda kelahiran Pulau Dewata yang selalu
merindukan manisnya kemerdekaan atas Ibu Pertiwi bernama Indonesia. Segala daya dan upaya dilakukan agar nikmatnya kemerdekaan menjadi nyata, bukan hanya wacana. Berbekal keyakinan dan jiwa kepemimpinan  yang tangguh,  Ngurah Rai
berjuang mempertahankan harga diri bangsa di mata Jepang dan Belanda, juga di mata dunia.
Hanya rasa cintalah yang membuat Ngurah Rai mengorbankan jiwa dan raganya.
Seperti pula perasaan jatuh cintanya pada seorang perempuan  penari, yang
dipersuntingnya di tengah hiruk-pikuk perjuangan menuju kemerdekaan. Pernikahan
yang tidak mudah, tetapi membuat kehidupan menjadi indah bagi Ngurah Rai.

Seperti hubungan  Ngurah Rai dengan Koenig, seorang pemimpin serdadu  Belanda  di wilayah  Bali dan Lombok,  yang akhirnya menjadi sahabat. Persahabatan yang tidak
melunturkan pengabdiannya, justru membuat Ngurah  Rai semakin menguatkan
tekadnya terjun ke medan laga dengan semangat berkobar untuk Indonesia merdeka ,
walaupun di akhir perjuangannya Koenig-lah yang menewaskan Ngurah Rai
Dengan gagah-berani, Ngurah Rai memimpin para pemuda  geriya  untuk
memperjuangkan apa yang seharusnya menjadi hak anak bangsa. Semangat yang
terus berkobar atas diri Ngurah Rai mampu menggiring pasukannya menempuh  long march  Gunung Agung  dengan segala cerita bergulir di dalamnya. Cerita bahagia,
sedih, duka, luka, hidup  dan  akhirnya gugur bergantian di medan laga sebagai pahlawan.. Hingga hanya kematianlah yang menyudahi perjuangan mereka, namun tidak dengan semangatnya.
Ngurah Rai, adalah langkahmu, sejarahmu, cintamu pada Bumi Indonesia  Raya.

 

Komentar Film Ngurah Rai

KODAM IX/UDAYANA (11/7),- Pemuda Panca Marga Provinsi Bali dengan pihak terkait beserta  I G AA Bintang Aryani, selaku Produser Film diterima Pangdam IX/Udayana, Mayjen TNI Wisnu Bawa Tenaya dalam acara Launching Film I Gusti Ngurah Rai, di aula Makodam IX/Udayana, Rabu (10/7).

Film yang merupakan kerjasama dengan Pemerintah Provinsi Bali, Kodam IX/Udayana dan PPM (Pemuda Panca Marga) Provinsi Bali ini dibuat dengan konsep docudrama menggabungkan nilai sejarah dan budaya popular yang menggambarkan perjalanan cinta dan perjalanan perjuangan I Gusti Ngurah Alit beserta segenap pasukannya menghadapi belanda tahun 1942 - 1947 dengan melakukan Long March menglilingi pulau Bali.

Pangdam IX/ Udayana mengawali sambutannya menyampaikan terima kasih dan apresiasi yang tinggi   kepada Pemuda Panca Marga Provinsi Bali dan seluruh pihak terkait atas keberhasilan menyelesaikan produksi Film "I Gusti Ngurah Rai". Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang mau dan mampu menghargai jasa-jasa para pahlawannya, untuk menguatkan kembali rasa nasionalisme seluruh elemen bangsa. Bentuk kepeduliannya diekspresikan melalui penggarapan sebuah film yang diberi judul "I Gusti Ngurah Rai", dan hal ini patut mendapatkan apresiasi yang tinggi dari kita semua. Serlanjutnya Pangdam menyampaikan Kehadiran film berdurasi sembilan puluh menit yang isinya menceritakan tentang kepahlawanan I Gusti Ngurah Rai yaitu sepak terjangnya sejak masa muda hingga pecah perang Puputan Margarana di Desa Marga Tabanan yang juga merupakan cikal bakal lahirnya Kodam IX/Udayana, hendaknya menumbuhkan nilai-nilai kejuangan yang tinggi dari seluruh komponen masyarakat. Jika nilai-nilai kejuangan sudah tertanam dengan baik maka dengan sendirinya rasa nasionalisme akan terwujud.

Hadir pada acara Launching Film I Gusti Ngurah Rai diantaranya Perwakilan pejabat Pemprov Bali, Kapolda Bali dan unsur Forum Koordinasi Pimpinan Daerah Provinsi Bali,  Ketua Mada PPM Provinsi Bali, I G AA Bintang Aryani selaku Produser Film perwakilan LVRI dan  Patriot Bali , Ketua KPI Bali, Perwakilan mahasiswa dari BEM dan Perwakilan  Ormas  se-Bali serta para Pejabat Kodam IX/Udayana.

http://www.tni.mil.id/view-51421-launching-film-i-gusti-ngurah-rai-di-makodam-ixudayana.html

 

Film I Gusti Ngurah Rai
untuk Pembelajaran Generasi Bali

Membaca Bali Post 11 Juli 2013 ''Berkonsep nilai sejarah dan budaya populer, film I Gusti Ngurah Rai di-launching'', saya teringat kepada seorang tokoh yang juga veteran PKRI (Perang Kemerdekaan Republik Indonesia) bernama A.A. Nyoman Rai Susandi. Beliau sering bercerita mengenai perjuangannya bersama kawan-kawannya ketika menjadi anggota dewan (DPRD Bali), memperjuangkan alm. I Gusti Ngurah Rai supaya diusulkan, diangkat dan ditetapkan menjadi pahlawan nasional dari Bali.

Dari dokumen beliau, saya pernah baca riwayat hidup alm. Let. Kol. I Gusti Ngurah Rai membentuk DPRI (Dewan Perjuangan Rakyat Indonesia) Sunda Kecil setelah rombongan ekspedisi datang dari Jawa 4 April 1946 terus menuju Pusat Markas Gerilya di Munduk Malang, Tabanan bagian atas. Setelah unsur-unsur pimpinan gerilya berkumpul di Munduk Malang, diadakan perundingan (16 April 1946), yaitu antara lain, sebagai hasil perundingan dengan Pemerintah Pusat RI maka dibentuk badan perjuangan yang bersifat totaliter berwujud DPRI Sunda Kecil di mana seluruh badan perjuangan baik yang bersifat kelaskaran dan lain-lain yang bersifat politis dan badan-badan pemerintah, disatukan dalam DPRI Sunda Kecil yang taktis di bawah T.R.I. Sunda Kecil.

Pucuk pimpinan DPRI Sunda Kecil ialah almarhum Let. Kol. I Gusti Ngurah Rai selaku pimpinan umum yang mewakili pemerintah/militer, sedangkan wakilnya I Made Wijakusuma, yang mewakili kelaskaran dan badan-badan perjuangan lainnya. Lalu disusun suatu sistem gerilya untuk perlawanan-perlawanan selanjutnya.

Saya lalu berkunjung ke rumahnya dan bertanya apakah Pak Rai pernah menonton film dokumenter perjuangan alm. I Gusti Ngurah Rai. Beliau mengatakan menonton di Kodam Udayana karena diundang. Film itu, menurutnya, bagus untuk pembelajaran sejarah. Generasi muda yang bercita-cita ingin menjadi pemimpin bangsa hendaknya terlebih dulu mempelajari sejarah perjuangan bangsa itu, sebagai modal politik memperjuangkan Bali ke depan.

I Made Adi Susila
Br. Gaji, Ds. Padang Luwih
Kec. Kuta Utara, Badung